Kamis, 02 Maret 2017

105- WALAUPUN KITA TIDAK MERAGUKAN KEIHKLASAN MEREKA…



WALAUPUN KITA TIDAK MERAGUKAN KEIHKLASAN MEREKA…

[1]- Syaikhul Silam Ibnu Taimiyyah -rahimahullaah- berkata:

“Inti dari agama (Islam) ada pada dua prinsip:

1. Kita tidak beribadah melainkan hanya kepada Allah.

2. Dan kita tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan apa yang Dia syari’atkan; kita tidak beribadah kepada-Nya dengan bid’ah.

Sebagaimana Allah -Ta’aalaa- berfirman:

... فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“…Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Rabb-nya; maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu apa pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (QS. Al-Kahfi: 110).

Dan ini merupakan perwujudan dua kalimat syahadat:
1. Syahadat Laa Ilaaha Illallaah (tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah), dan

2. Syahadat Muhammad adalah Rasulullah (utusan Allah).

- Maka, pada (syahadat) yang pertama: (terdapat konsekuensi) bahwa kita tidak akan beribadah melainkan hanya kepada Allah.

- Dan pada (syahadat) yang kedua: (persaksian kita) bahwa Muhammad -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- adalah Rasul (utusan) Allah yang menyampaikan (syari’at) dari-Nya; maka (ini mengandung konsekuensi): Wajib atas kita untuk membenarkan seluruh kabar dari beliau dan menta’ati semua perintah beliau. Dan beliau telah menjelaskan kepada kita segala (bentuk ibadah) yang kita bisa beribadah kepada Allah dengannya dan beliau melarang dari perkara-perkara yang baru (dalam agama) dan beliau kabarkan bahwa semua itu adalah sesat.

Allah -Ta’aalaa- berfirman:

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ

“Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik; maka dia mendapat pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)

Sebagaimana kita diperintahkan agar kita tidak takut melainkan hanya kepada Allah, tidak bertawakal melainkan hanya kepada Allah, tidak berharap melainkan hanya kepada Allah, tidak Isti’aanah (minta tolong) melainkan hanya kepada Allah dan tidak mempersembahkan ibadah kita melainkan hanya kepada Allah; maka demikian juga kita diperintahkan untuk Ittibaa’ (mengikuti) Rasul, menta’ati beliau dan mencontoh beliau. Tidak ada yang halal melainkan apa yang beliau halalkan, tidak ada yang haram melainkan apa yang beliau haramkan, dan (yang dianggap sebagai) agama adalah apa yang beliau syari’atkan.”

[Al-‘Ubuudiyyah (hlm. 221-222) karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullaah-]

[2]- Ya Allah, Berikanlah Petunjuk Kepada Orang-Orang Yang Ikhlas…

Semoga mereka termasuk dalam firman Allah:

...يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ...

“…niscaya mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka KARENA KEIMANAN MEREKA…” (QS. Yunus: 9)

“Yakni: (Allah memberi petunjuk kepada mereka) dengan sebab keimanan yang ada pada mereka, ALLAH AKAN MEMBERIKAN BALASAN YANG TERBESAR; YAITU: HIDAYAH, sehingga:

- Allah akan mengajarkan kepada mereka: (ilmu) yang bermanfaat bagi mereka,

- menganugerahkan amal-amal shalih yang yang didasari petunjuk,

- memberikan petunjuk kepada mereka untuk MELIHAT/MEMPERHATIKAN AYAT-AYAT-NYA,

- DAN MEMBERIKAN PETUNJUK KEPADA MEREKA -DI DUNIA INI- MENUJU AHS-SHIRATHUL MUSTAQIM (JALAN YANG LURUS) DAN DI ATAS AHS-SHIRATHUL MUSTAQIM,

- dan di akhirat: menuju jalan yang mengantarkan kepada Jannah (Surga Allah).”

[Taisiirul Kariimir Rahmaan (hlm. 358-359- cet. Muassasah Ar-Risaalah), karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di -rahimahullaah-]

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar